Senin, 22 Agustus 2011

Semua Tinggal Kenangan

Bismillahirrahmanirrahim....

Lama tak menulis di blog, banyak kejadian yang menghampiri di malam-malam terakhir Ramadhan. Mulai dari aku kehilangan jamaahan sholat tarawih hingga tugas dan ujian yang sempat membuatku menangis karena tak bisa menjawab dan mataku yang tiba-tiba kabur.

Dan, kejadian tadi malam lah yang membuatku tersentak kembali. Pukul setengah sebelas ketika aku baru saja ingin memejamkan mata, adikku membangunkan kami semua. "Kebakaran di Bong".

Bong, ya tempat itu adalah tempat Mama melahirkanku, aku besar di sana dengan lingkungan yang sebenarnya tidak terlalu kondusif. Hingga aku beranjak dewasa dan meninggalkan tempat itu untuk selamanya bersama semua kenangan.

Kembali ke cerita kebakaran.
Adikku yang memang ikut anggota pemadam kebakaran langsung pergi, pun dengan abah yang langsung berangkat. Warga di sana sudah seperti keluarga sendiri. Dan ada juga yang memang keluarga. Jadi, wajar kami juga was-was.

Akh, dari cerita yang kudengar kebakaran itu cukup besar dan mengerikan. Yang pertama kali Abah dan adikku datangi adalah rumah-rumah keluarga kami, kemudian mendatangi rumah-rumah tetuha di sana dan tentunya juga kawan-kawanku yang sudah menikah dan memiliki bayi. Mereka semua diungsikan terlebih dahulu ke toko taat yang di simpang sungai bilu. Dan juga membopong beberapa warga yang sakit.

Tentu saja api semakin membesar. Walaupun sebenarnya di kampungku itu ada pemadam kebakarannya juga. Tapi, semua personilnya ke Banjarbaru untuk mengikuti pawai tanglong. Jadilah api itu semakin membesar dan menghanguskan dua puluh empat buah rumah.

Aku sendiri di rumah jadi tak bisa tidur memikirkan ini. Maklumlah di sana banyak kawan-kawanku. Baru jam satu lewat adik dan abah pulang. Dan menceritakan semuanya.

Dan hari ini sore tadi aku menyempatkan diri untuk ke sana. Semuanya hangus, kulihat wajah sedih kawan-kawanku. "Musibah, Rin ai" kata salah seorang kawanku. Dan aku hanya bisa mengatakan sabar.

Aku kembali memperhatikan tempat itu. Kami sering menyebutkan gang budi di darat. Karena rumah kami dulu ada di depan gang. Aku baru sadar sebagian halaman pesantren saat kumasih kecil ternyata tempat parkir kendaraan Duta Mall.

Kutatap gedung yang menjulang tinggi itu. Sangat kontras sebenarnya dengan keadaan rumah-rumah sebagian kawanku. Kudengar-dengar pihak pengelola Duta Mall sendiri sejak pertama kali pembangunan gedung ingin membeli tanah yang terbakar ini untuk memperluas lahan parkir, tapi mereka tak setuju. Untungnya pihak Duta Mall tidak memperpanjang ini. Hingga mereka tetap bertahan di belakang gedung.

Dan kuacungi jempol CSR dari pihak duta mall sendiri, khususnya hypermart. Beberapa karung beras dan makanan instan lainnya mereka antar sendiri dengan menggunakan mobil pick up. Ya, bagiku wajar itu sebagai bentuk CSR mereka, tempat tinggal warga kan tepat di belakang Mall terbesar di kota ini.

Aku sendiri ingin sekali membantu mereka. Aku sempat terpikir untuk meminta bantuan kepada seseorang. Tapi, kubatalkan setelah ucapan Abah, "tak usah minta bantuan orang lain, sisihkan saja sebagian rezeki pian". Hm, benar juga ucapan Abah.

Dan, aku akan mengumpulkan pakaian-pakaianku yang masih bagus dan layak pakai untuk kawan-kawanku. Insya Allah lebih bermanfaat untuk mereka dan akan ada gantinya nanti. Itulah yang sering kali diajarkan oleh abah dan mamaku.

KP, 22 Agustus 2011
10.15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar