Sabtu, 06 Agustus 2011

Abah dan Pak Raden

Bismillahirrahmanirrahim . . .

Hm, pagi ini stamina saya benar-benar drop.Tapi, masih saya paksakan untuk melakukan aktivitas termasuk pembinaan di Alalak. Meskipun hanya sebentar memberi materi tanpa bertutur seperti biasanya.

Dan sebelum berangkat tadi, Abah masih sempat menegur saya. Melihat wajah saya yang agak pucat. Meskipun beliau sempat melarang tapi akhirnya mengizinkan juga untuk pergi.

Ya, Abah adalah sosok yang selama ini membuat saya tegar untuk mengarungi kehidupan. Beliau selalu membimbing dan mengarahkan saya untuk berbagai hal termasuk hal-hal kecil. Karena menurut beliau seorang anak perempuan adalah anak yang istimewa yang perlu di jaga.

Lalu, apa hubungannya judul postingan saya kali ini ?
Abah dan Pak Raden, adalah judul postingan yang saya pilih kali ini. Bagi saya Abah hampir sama dengan Pak Raden. Pasti, sudah tak asing lagi kan dengan nama itu. Sosok pendongeng yang khas dengan janggutnya, tongkat, suara serta cara beliau yang mendongeng sambil menggambar.

Nah, sosok seperti itulah sebenarnya Abah saya. Dari abah saya belajar untuk mengumpulkan keberanian untuk bertutur. Bukan sekedar membaca tetapi mencoba dengan mimik sehingga tidak terkesan hampa dan membuat orang mengantuk.

Abah yang mempunyai hobi menggambar seringkali menyalurkannya sambil bercerita. Profesi beliau sebagai tenaga pengajar dikombinasikan beliau dengan gambar-gambar yang lucu. Gambar Bobo, Paman Gembul, Rumah, Binatang, Manusia dan banyak lagi gambar lainnya yang beliau ciptakan.

Hampir setiap malam beliau menggambar. Besoknya beliau akan mengajar sambil memperlihatkan gambar itu. Tapi, bagi saya setiap malam, saya akan duduk di samping beliau. Beliau menggambar dan saya mengerjakan tugas. Setelah selesai, maka beliau akan bercerita. Aih, kadang-kadang cerita itu beliau ciptakan sendiri.

Bukannya mengantuk, mendengar cerita beliau saya seringkali tertawa. Dan selesai itu beliau akan meminta saya tidur. Meskipun kadang mata ini belum mengantuk.

Ya, abah ada sosok yang memberikan saya banyak pelajaran. Mengajari saya untuk berani berbicara di depan publik. Meskipun kali pertama saya dilanda demam panggung.

Abah dan Pak Raden. Dua sosok ini ada sosok idola saya. Sosok yang mengajarkan saya untuk belajar bertutur. Dan saya ingin mengulang kembali masa-masa itu. Masa-masa di mana di hari minggu atau sore hari ada cerita dari Pak Raden di televisi. Dan juga di setiap malam abah yang menyiapkan bahan ajar sekalian mendongeng untuk saya.

Dan kini, bukan mereka yang bertutur untuk saya, tapi saya yang kadang kala bertutur di depan keduabelas anak binaan. Meskipun saya tidak sehebat abah dan Pak Raden dalam bertutur, tapi ada kebahagiaan lain ketika mendengar anak-anak itu tertawa atau merespon apa yang saya ceritakan.

Hari ini, ketika anak-anak itu meminta saya untuk bercerita saya tidak dapat memenuhi permintaan mereka. Bukan karena tidak ada bahan tapi karena kondisi saya yang tidak memungkinkan.

Dan semoga, minggu depan saya bisa lebih baik dan kembali bertutur, meskipun dengan cara saya sendiri.

KP, 7 Agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar