Minggu, 10 Maret 2013

Guru Profesionalisme, Why Not ?

Bismillahirrahimanirrahim…. Alhamdulillah bisa posting lagi setelah vakum beberapa saat karena ada kesibukan lain kali ini menyempatkan coret-coret posting di blog. Ada banyak hal sebenarnya yang ingin di coret-coret di blog pribadi saya tapi seperti biasa disortir dulu. Dan kali ini kegiatan yang saya ikuti saya sempatkan ditulis di sini. Diklat Guru Angkatan ke 4, itulah mungkin yang menggambarkan secara singkat kegiatan yang sempat saya ikuti kali ini. Meskipun ke depannya saya mungkin hanya mengikuti sebagian materi yang disampaikan atau mungkin tidak mengikuti lagi tapi saya sedikit cukup puas mengikuti pengarahan di hari jum’at dan materi perdana di hari sabtu kemarin (1-2 Maret 2013). Di hari jum’at pengarahan yang saya dapatkan “selayang pandang” ukhuwah. Pengarahan ini lebih ke arah profil dan kebijakan dari tempat saya bekerja. Baik itu menyangkut sejarah, visi misi maupun kebijakan yang dilaksanakan di sekolah. Duduk di baris paling belakang menjadi pilihan saya jadi sekalian bisa menyelesaikan pekerjaan. Ibarat pepatah sekali merengkuh dua tiga pulau terlampaui. ^_^ Nah, di hari sabtu pembukaan diklat danmateri perdana dilaksanakan. Kali ini peserta lebih banyak dari hari jum’at. Beberapa peserta dari sekolah luar daerah sudah banyak yang datang dan memenuhi sebagian bangku tempat pelatihan diklat. Sebelum pembukaan sempat diberikan pengarahan kepada peserta. Seluruh peserta mendapatkan paket untuk bekal dilkat kecuali saya. Maklum saya bukan berstatus sebagai guru tapi beruntung karena diperbolehkan mengikuti materi perdana kemarin. ^_^ Sekitar setengah jam pengarahan langsung diberikan oleh sekretaris yayasan ukhuwah Ust. Khairani, S.Pd.I. Kalau kemarin pengarahan lebih ke arah selayang pandang yayasan kali ini pengarahan lebih ke arah amalan yaumi dan hal-hal yang akan dilakukan oleh peserta diklat. Sekitar pukul setengah sembilan lewat pembukaan dimulai. Kali ini pembukaan dihadiri dan dibuka langsung oleh dewan pembinaan yayasan Bapak Riswandi, ST. Ada tiga hal yang bisa saya tangkap dari sambutan yang beliau sampaikan hari itu. Dalam sambutannya beliau menceritakan kisah Thoriq Bin Ziyad yang dapat diambil ibrohnya. Fokus dan semangat dua hal utama yang bisa dipetik dari kisah Thoriq Bin Ziyad. Satu hal lagi yang bisa saya petik dari sambutan beliau adalah “Perubahan itu tidak diciptakan”. Saat itu terlintas dipikiran saya satu ayat yang sering saya dengar dan diskusikan di rumah surah Ar-Ra’du ayat 11. Setelah sambutan materi perdana pun di mulai. Ibarat di bangku kuliah ada kuliah perdana atau kuliah umum ketika memasuki pertama kali perkuliahan. Kalau mendengar kata kuliah perdana terkadang sempat terindukan juga kembali ke masa-masa di bangku kuliah. Semoga saja bisa kembali ke bangku kuliah  Sesuai judul yang postingan saya kali ini materi perdana pembukaan diklat mengangkat tema tersebut. Tema yang sangat menarik bagi saya dan pematerinya pun sudah sangat saya kenal Ust.Syaiful Mukmin, S.Pd.I yang tidak lain adalah kepala sekolah tempat saya bekerja. Gaya penyampaian beliau lugas dan komunikatif. Sebelum memasuki materi beliau menceritakan pengalaman-pengalaman beliau saat mengikuti berbagai pelatihan khususnya di Surabaya selama 1 tahun bersama Usth. Jamilah dan Ust.Dwi. Satu hal yang dapat saya tangkap dari cerita beliau “jangan pernah takut untuk bermimpi”. Beliau membuktikannya dengan menjadi peserta terbaik seluruh Indonesia. Materi menjadi guru profesionalisme diawali dengan ice breaking dua orang berpasangan saling dorong mendorong dengan telapak tangan. Yah, ice breaking ini menggambarkan bagaimana dorongan seorang menjadi guru. Mungkin lebih tepatnya apa yang motivasi seseorang untuk menjadi guru. Banyak hal penting yang bisa saya dapatkan dari materi kemarin, tapi mungkin hanya secara garis besar saya gambarkan di sini. Komitmen dan kompetensi yang tinggi dari seorang guru menggambarkan bagaimana keprofesionalisme-an guru tersebut. Hal ini bisa digambarkan salah satunya bagaimana dari hal pengelolaan kelas. Guru yang professional akan diuji di dalam kelas bagaimana dia mengelola anak didiknya. Yah, jadi ingat ucapan yang sering kali terlontar dari kedua orang tua saya. “ Guru itu tugasnya bukan hanya mengajar tapi juga mendidik”. Saat itu memang terlintas di benak saya kasus yang beberapa pekan lalu yang sempat terjadi di kota kita sendiri. Bullying yang terjadi di dalam kelas padahal dari berita yang beredar saat itu sang guru ada di dalam kelas. Mungkin ini bisa dijadikan gambaran bagaimana keprofesionalisme-an seorang guru diuji dalam menghadapi anak didik. Saya jadi ingat satu buku yang pernah saya bagaimana peran seorang guru dalam pendidikan karakter. Di dalam buku itu digambarkan bagaimana peran dan keteladan seorang guru akan diuji dalam mendidik anak-anak didiknya. Bukan hanya untuk anak didiknya saja melainkan juga untuk masyarakat. Kesimpulan utama yang saya ambil menjadi guru profesionalisme itu tidak mudah dan juga tidak sulit. Pengaplikasian dari materi-materi yang didapat baik dari bangku kuliah maupun dalam training yang bisa dijadikan bekal untuk menjadi guru professional. Empat hal terakhir yang bisa saya petik dari penyampaian materi diklat seorang guru professional haruslah terus mengembangkan kepribadiannya, ini bisa dilakukan dengan sikap ikhlas, motivasi diri, keyakinan dan kasih sayang. Dan saya rasa materi saya dapatkan hari itu cukup memuaskan saya saat itu. Meskipun ada beberapa pertanyaan muncul di benak saya. Untungnya saya beruntung bisa diskusi di rumah. Hal penting yang mungkin bisa saya petik menjadi apapun profesi seseorang berusahalah untuk menjadi professional. Semoga postingan saya kali ini bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya. Menjelang subuh di ahad pagi yang indah Kadar Permai, 3 Maret 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar