Rabu, 21 September 2011

Bismillahirrahmanirrahim. . . .

Syawal hari kedua. Aku bersyukur tak terhingga ketika nikmat itu datang. Rezeki yang diberikan Illahi dan kenikmatan untuk menikmati Syawal begitu terasa. Dan kami sekeluarga memiliki kesempatan untuk berjalan-jalan keluar daerah. Tujuan kami kali ini adalah Pelaihari.

Rencana awal berangkat pukul tujuh pagi. Yah, seperti biasa pekerjaan rumah membuat perjalanan kami molor hingga pukul sembilan pagi. Tapi, tak apa yang penting kan jadi berangkat. Hahahayy...

Hm, sebelum melanjutkan perjalanan kami mampir terlebih dahulu ke Gambut tepatnya warung Baiti. Nah, ini dia yang aku suka, itik gambut dan sambal masak habang yang wuiihh...enak tenan pokoknya. Abah membeli lima bungkus, rencananya untuk di makan di perjalanan nantinya.

Next, perjalanan pun dlanjutkan. Tapi kalo boleh jujur, aku agak was-was juga. Maklumlah drivernya adikku, yang baru belajar atau bisa mengemudikan mobil. Tapi, tetap dinikmati perjalanannya.

Subahanallah, perjalanan yang kami lakukan cuma berempat ternyata sangatlah berkesan dan begitu menyenangkan. Bagaimana tidak, di dalam mobil tak pernah diam. Selalu saja ada yang jadi bahan tertawaan. Ya, paling tidak itulah cara kami agar tidak mengantuk, terutama drivernya. Hehe...

Sepanjang perjalanan inilah yang sangat kunikmati. Pemandangan yang sungguh indah. Pepohonan di sepanjang jalan. Panorama perbukitan yang takkan pernah kutemui di kota. Dan aku sengaja tidak membaca buku di dalam mobil hanya untuk menikmati keindahan dari Sang Maha Pencipta.

Kali ini aku tidak mabuk di perjalanan. Maklumlah adikku tidak ngebut membawa mobilnya. Dan ini yang sangat aku sukai, santai dan bisa menikmati perjalanan.

Sawah-sawah yang terhampar luas sungguh menambah keindahan perjalananku kali ini. Meskipun beberapa perbukitan yang aku lewati gundul. Katanya ada yang di gundul untuk mencari biji besi ataupun batu bara. Sayang sekali padahal, seandainya masih hijau pastilah lebih baik.

Satu tempat yang sebenarnya ingin aku singgahi adalah gunung kahayangan. Banyak yang bilang panoranama gunung ini sangat bagus. Dan saat melewatinya ternyata sebuah pegunungan yang ada tempat untuk bersantai di puncaknya. Pantas saja dari atas puncak gunung kahayangan bisa melihat semua panorama kota Pelaiharai. Inginnya aku ke sana. Tapi, adikku mana berani. Dia takut karena jalan menuju ke sana berkelok-kelok dan agak curam.

Di pinggir jalan, aku lupa apa nama jalannya, kami mampir untuk membeli penganan. Dan yang paling aku suka di warung itu ada upak dan kerupuk gumbili. Ini dia my favorite snack. Mantap dah kalo ngemil yang dua ini. Apalagi kalau upaknya masih hangat-hangat dan lagi pake gula habang. Hm,,,enaaakkk tenan pokoknya.

Kira-kira kami sampai di Pantai Tangkisung sekitar pukul dua belas siang. MAsya Allah macetnya jalan dan beriaknya manusia. Pantai benar-benar seperti sarang manusia. Apalagi panasnya yang minta ampun.

Dan keadaan ini kami manfaatkan untuk makan siang di dalam mobil. Sambil meikmati itk yang sueeddaaapppp sekali. Hm, jadi kepengen makan lagi.

Akhirnya dapat tempat parkir juga untuk mobil. Meskipun lumayan jauh dari pantai dan sepertinya juga akan lama untuk keluar dari tempat parkiran ini. Parkirannya tidak teratur sih.

Nah, pas sampai di tempat parkiran yang di depan mesjid azan zuhur berkumandang. Sambil menunggu yang lain sholat aku menikmati angin sepoi-sepoi di sekitar perkampungan pantai ini. Kalau aku amati sepertinya kebanyakan penduduk di desa ini bukanlah orang asli banjar. Maksudku sih tidak semua penduduknya pribumi. AKu melihat dari logat bahasa mereka. Seperti ada yang memakai logat makasar, jawa.

Tapi, inilah Indonesia kan. Punya banyak suku dan bahasa yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Begitu juga dengan Pelaihari salah satu kota di Kal-Sel. Keanekaragaman bukan membuat mereka terpecah belah justru akan membuat mereka lebih bersatu dan beradaptasi dengan masyarakat sekitar.

Sempat sangat kecewa juga sih. Ke pantai tapi tak mencicipi dinginnya air pantai menerpa kaki. Habis orangnya bejibun. Cuma menikmati es nyirur dan beli beberapa aksesoris buat oleh-oleh. And finally, aku membeli bros berbentuk kura-kura yang kecil dan gantungan kunci kura-kura. Ternyata gantungan kuncinya "batagar". Ckckckck. Pantasan harganya murah daripada yang lain. Kalau yang lain harganya Rp 5.000 per pacs dan kagak mau kurang sama sekali. Eh, yang ini mau kurang harganya cuma Rp 10.000 dapat empat. Gimana nggak tergiur walau akhirnya kecewa. Hiks...

Kira-kira tak sampai juga satu jam di sana. Pulang deh...Maklum kalau kebanyakan orang malah nggak asyik..Di pantai kan enaknya kalau sunyi dan tidak terlalu panas udaranya. Tapi, sudahlah...pulang dengan rasa kecewa. Tanpa satu kali pun foto di pantai. Mungkin lain kali sajalah bisa berfoto ria di pantai.

Meskipun begitu pulangnya kami mampir sebentar ke mesjid Syuhada. Mesjid ini merupakan mesjid terbesar di kota Pelaihari. Senang rasanya berfoto beberapa kali di sana. Sesambil menikmati angin yang bertiup sangat sejuk dan tentu saja angin itu membuat mataku mengatuk.

Mungkin sekitar setengah empat kami memulai perjalanan pulang dari Mesjid Syuhada. Hm, diperjalanan pulang aku kembali melewati Gunung Kahayangan. Dan melihat beberapa pengendara motor yang termundur jalannya. Maklumlah jalannya terjal dan beliku untuk sampai ke sana.

Selain itu, ada juga mobil Pic Up yang terbalik. Penumpangnya kemungkinan selamat semua sih. Karena aku melihat nggak ada yang luka-luka.

Nah, sebelum pulang ke Banjarmasin kami mampir ke rumah makan subur group. Tempatnya tepat di seberang Bandara. Aku memesan Mie Ayam dengan es teh. Meski kagak habis makannya. Di sini aku melihat seorang kakek yang menjual sapu lidi yang beliau bawa empat buah. Menawarkannya ke setip pengunjung yang sedang makan. Untunglah ada yang beli.

Aku yang terbiasa menikmati suasana sendiri memilih duudk di atas ayunan yang ada di depan tempat makan itu. Dan ternyata ada seorang anak perempuan. Awalnya aku mengira dia adalah anak salah satu pengunjung. Ternyata dia anak paman parkir. Aku yang suka berkenalan dan bincang-bincang dengan anak kecil, jadi asyik dengan anak itu yang ngomong bahasa jawa. Ora ngerti aku dek...

Nah, aku salut sama anak itu. Aku kasih jagung rebus malah nggak mau. Katanya takut dimarahi bapaknya. Ternyata setelah aku paksa dia manggil bapaknya. Da bapaknya adalah tukang parkir yang ada disitu. Aku diajak ngobrol sama beliau. Bincang-bincang ringan.

Hingga menjelang senja kami masih menikmati suasana bandara. Nah, ternyata setelah kuperhatikan kakek itu belum pulang. Masih ada sisa satu sapu lidi beliau yang belum laku. Kami memanggil beliau dan beliau menawarkan harga 7000 rupiah. Ditawar 5000 rupiah kagak mau, akhirnya tetap dibeli dengan harga 7000 rupiah. Tapi nggak nyesel juga ish membelinya. Sapunya bersih dan bagus. Akhirnya beliau pulang dengan sepeda ontelnya. Lumayan lah kalau empat buah sapu lidi terjual berarti beliau membawa pulang dua puluh delapan ribu rupiah.

Hampir isya baru kami pulang ke Banjarmasin. Syukurlah kami kembali selamat sampai di rumah. Dan setelah itu. tepar lah kami semua di rumah...

Good Night All..

Semoga saja akan ada perjalanan selanjutnya yang lebih menyenangnkan dan berkesan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar