Selasa, 26 Juli 2011

Catatan Hati Seorang Anak Perempuan

Bismillahirrahmanirrahim...

Saya mencoba menuliskan catatan hati seorang anak perempuan . Cerita ini adalah cerita seseorang yang saya rangkai menjadi kata. Semoga bisa diambil ibrahnya.

***
"Karena aku terlahir sebagai seorang anak perempuan, yang selalu di jaga dan dilindungi. Dan tanggungjawab seorang ayah lebih besar untuk membesarkan anak perempuannya hingga dia menghantarkan anaknya menuju akad nikah dan mencium bau surga. Dan itu bukanlah hal yang mudah."

Kucoba kutip kata-kata ini dari seorang anak perempuan yang kini telah menginjak dewasa. Ya, anak perempuan yang pernah berprasangka bahwa yang dilakukan orang tuanya selama ini over protectif.

Bagaimana tidak, di saat kawan-kawan seusianya menikmati masa-masa remaja dengan segala kegembiraan, kesenangan bahkan bisa melakukan semuanya dengan suka hati. Tetapi tidak dengan dirinya.

Sejak kecil kehidupannya lebih banyak dihabiskan di rumah, sekolah bahkan kampus. Meskipun kadang kala dia juga bermain di pasar saat-saat tertentu. Berbeda dengan teman-temannya yang bisa bermain sepuas hati. Bahkan berenang di sungai hingga azan magrib berkumandang. Dia hanya bisa bermain sungai apabila ada yang menemani.

Pun hingga sekarang anak gadis itu telah berinjak dewasa. Bukan usia yang muda lagi ketika seseorang sudah memasuki usia 20 tahun. Tetapi bagi orang tuanya usia itu masih usia anak kecil.

Segala tingkah laku dan aktivitas anak itu pun selalu saja di pantau. Bahkan untuk mengikuti sebuah aktivitas organisasi dia harus pintar-pintar memilah. Terutama terkait manajemen waktu.

Beberapa kali anak gadis itu mencoba untuk mengikuti beberapa organisasi yang menurutnya bagus. Tetapi seringkali pula orang tuanya memintanya untuk berhenti. Alasannya "terlalu banyak menyita waktumu".

Kadang dia selalu merasa ada diskrminasi antara anak perempuan dengan lelaki. Pun ketika dia mencoba mengutarakan argumennya bahwa Ayahnya pun dulu adalah seorang aktivis. Tapi jawabannya selalu "kamu anak perempuan, tidak baik terlalu sering di luar." Ya, kadang kala beberapa kegiatan organisasi apalagi ketika ada acara pastilah bisa sampai malam.

Dan inilah yang kerap disangkutpautkannya dengan penerapan manajemen waktu dari orang tuanya mengharuskannya tiba di rumah sebelum azan magrib berkumandang. Atau bahkan tidak diperbolehkan keluar rumah di kala malam hari. Kecuali untuk hal-hal penting dan jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah atau ada mahramnya.

Dan tahukah engkau anak perempuan itu terkadang merasa seperti robot bagi orang tuanya. Semua serba diatur. Mulai dari hal yang terkecil seperti pakaian sampai pada pilihan studinya. Dan masih berlanjut sampai dia duduk di bangku kuliah.

Tapi, dia berusaha menjalaninya dengan ikhlas. Apapun itu baginya kebahagiaan dan kebanggaan orang tua adalah nomor satu baginya. Meskipun dia kadang merasa berat untuk menjalani tapi ada satu keyakinan dirinya bahwa doa orang tua lah yang akan mempermudah jalannya.

Kadang dia berpikir, mengapa dia tidak memiliki orang tua yang demokratis terhadap anaknya ? Membiarkan anak memilih sesuka hatinya ?

Perenungan demi perenungan itulah yang kemudian membawanya pada satu jawaban "karena orang tuanya adalah orang tua yang sangat menyayangi anaknya, ingin melindungi dan selalu memberikan yang terbaik untuknya. Meskipun kadangkala cara yang mereka lakukan tidak sesuai dengan dirinya.

***

Nah, semoga cerita ini bisa memberikan ibrah. Apapun yang dilakukan oleh orang tua semua karena mereka menyayangi anak-anaknya.

^_^

Banjarmasin, 27 Juli 2011
di kala siang yang cerah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar